Kamis, 08 November 2012

Resensi Novel - edensor

Judul Novel     : Edensor
Pengarang       : Andrea Hirata
Penerbit           : Klub Sastra Bentang
Tahun terbit     : 2007
Tebal buku       : 306 hlm.
Harga buku     : Rp.75.000,00

Salah satu yang terlihat menonjol di Buku ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi adalah ingatan masa kecil dari tokoh utama sekaligus penulis buku ini, Andrea. Seperti saat Andrea harus menentukan arah kemana Ia dan Arai harus berjalan karena saat itu kompasnya ikut terampas oleh polisi di salah satu kota di  Rusia. Saat itu Ia teringat kenangannya bersama Weh, seseorang dari masa lalunya, yang pernah mengajari bagaimana membaca rasi bintang yang sangat luas.ketika Ia bertemu dengan Imam masjid di Austria yang berasal dari Afghanistan, dia teringat dengan tokoh di masjid kampungnya, Taikong Hamim. Seorang tokoh agama di kampungnya yang telah membuat dirinya harus mencari nama pengganti bagi dirinya sendiri.
Buku ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi ini menyuguhkan kepada pembaca, salah satu bentuk pengalaman dari seorang Andrea Hirata. Kisah-kisah di dalamnya merupakan simpul-simpul kejadian yang pernah Ia alami. Pendidikan, kisah romantisme, serta penjelajahannya menjadi media bagi dirinya menjalani kisah cintanya. Bagaimana semangatnya mencari A-Ling kemudian dia harus rela menerima hasil dari semangatnya itu. Kemudian bagaimana Ia tiba di Edensor, dalam sebuah perjalanan yang tidak direncanakan. Dan kejadian itu Ia jadikan simbol pertemuannya dengan A Ling.
Dan sebagai penutup dari resensi buku ketiga ini sebuah potongan kisah dari buku ini, ketika Andrea dan Arai dalam perjalanan pulang ke paris setelah selesai melakukan perjalanan sebagai backpacker,”….Tapi aku tetap merasa kesepian karena A Ling masih tak jelas rimbanya. Tak tahu lagi kemana mencarinya. Hanya dari novel kenangannya aku dapat menemukannya. Kubuka lagi novel lusuh itu, kubaca lagi keindahan desa khayalan Edensor untuk melipur rinduku.
Jalan-jalan desa menanjak berliku-liku dihiasi deretan pohon oak, berselang-seling di antara jerejak anggur yang ditelantarkan. Lebah madu berdengung mengerubuti petunia. Daffodil dan asturia tumbuh sepanjang pagar peternakan, berdesakan di celah-celah bangku batu. Di belakang rumah penduduk tumpah ruah dedaunan warna oranye, mendayu-dayu karena belain angin. Lalu terbentang luas padang rumput, permukaannya ditebari awan-awan kapas…
Sebuah kata wawancara menjadi sebuah undangan yang ditunggu-tunggu oleh Andrea dan Arai. Berbekal ijasah SMA keduanya mulai merantau ke tanah jawa. Dua kali mereka telah melakukan persiapan untuk menghadapi tes wawancara sebelum akhirnya mereka diterima bekerja sebagai sales peralatan dapur [untuk yang terakhir ini, mereka diterima bekerja tanpa tes wawancara sekalipun. Meski akhirnya mereka dipecat karena angka penjualannya memalukan.
Kemudian, Andrea diterima bekerja di sebuah kantor pos di Bogor sementara Arai bekerja sekaligus kuliah di kalimantan. Andrea senang menjadi Pengatur Muda Pos, wewenangnya adalah mencairkan wesel dengan nilai sampai seratus lima puluh ribu. Dan itu sangat berarti baginya karena dengan kekuasaannya itu dia bisa membantu para mahasiswa IPB yang miskin. Kemudian, setelah keduanya lulus kuliah, mereka mengikuti tes beasiswa untuk mengambil S-2 ke Eropa. Dan, mereka diterima di Sorbonne. Sebuah tempat yang belum pernah terbayangkan jauhnya. Yang mereka tahu hanyalah waktu tempuh yang akan mereka alami.
Dan, Andrea berusaha mencari A-Ling, kekasih hatinya yang telah terpisah sejak SMP untuk berpamitan. Dan Arai berpamitan kepada Zakia Nurmala, cintanya yang bertepuk sebelah tangan, melalui sepucuk surat.
Di tengah kehidupan perkuliahan di Eropa, keduanya juga mengalami banyak pengalaman baru. Menjadi orang yang berada ditengah persaingan mahasiswa luar negeri dirasakan sebagai pengalaman yang mengasyikkan. Perjalanan-perjalanan indah telah mereka ciptakan. Melakukan perjalanan di Eropa tanpa mengikuti paket pariwisata menjadikan perjalanan mereka lebih menyenangkan. Hal baru telah menjadi sahabat bagi semangat mereka berdua. Hingga keduanya melakukan perjalanan sebagai backpacker mengelilingi dua benua sekaligus. Eropa dan Afrika. Menjadi artis jalanan di berbagai tempat adalah buah hati bagi semangat mereka selama melakukan perjalanan itu.
Hingga akhirnya tibalah Andrea pada sebuah tempat yang dulu hanya bisa diceritakan oleh A-Ling setelah membaca sebuah novel. Edensor. Tempat yang ingin dituju oleh kekasih Andrea, seseorang yang telah menjadi bagian dari semangatnya.
 Kehidupan masa kecil di Belitong telah meninggalkan bekas yang mendalam bagi seorang Andrea Hirata, tokoh utama sekaligus penulis buku ini. Pertemuannya dengan Weh, seorang pelaut kapal kecil di kampungnya, telah membuat dirinya bangga sebagai laki-laki, sebagai navigator alam. Bagaimana Iamengenang malam itu, malam dimana Weh mengajarkan cara membaca petunjuk alam. Dengan menggambari langit, Andrea terkagum-kagum kepada alam semesta.
Bagaimana Ia harus mencari sendiri sebuah nama sebagai pengganti namanya yang harus diganti. Dan Ia telah menemukan nama itu, mengadopsi nama seorang wanita Italia, Andrea Galliano yang mengancam bunuh diri apabila Elvis Presley tidak membaca suratnya. Dan tahukah Anda dimana dia menemukan nama itu? Nama itu tertulis pada sebuah artikel di majalah yang Ia baca.
Pengalaman – pengalaman di atas adalah beberapa mimpi yang telah dialami oleh seorang Andrea Hirata. Bagaimana Ia teringat pengalaman masa kecilnya ketika dia menjadi seorang backpacker. Baginya, pengalaman masa kecil di sebuah kampung di Belitong telah membawa dirinya menikmati menjadi seorang backpacker di daratan Eropa dan Afrika.

Dan kecintaanya pada seorang wanita keturunan cina, Njoo Xian Ling juga turut Ia bawa serta dalam perjalanan itu. Kemana-mana Ia akan menemui seseorang yang bernama A Ling yang telah Ia dapatkan melalui internet. Itu semua Ia lakukan demi menghabisi rasa penasarannya dimana A Ling berada, seperti apakah A Ling kini. Keinginannya bertemu A Ling dihidupi oleh kenangan indah pada saat Ia menaiki komedi putar bersama A Ling dan sebuah buku, kado dari A Ling.
Dan pada akhirnya, pada sebuah perjalanan di Inggris yang tidak Ia rencanakan, dirinya terpaku pada suatu lukisan hidup, seperti lukisan yang ada di buku novel, kado dari A Ling. Andrea telah berada di sebuah tempat bernama EDENSOR, Inggris.

cerita yang terdapat dalam buku ketiga dari tetralogi laskar pelangi adalah simpul dari impian penulis pada masa kecil. Dan telah Ia alami sewaktu menjadi seorang backpacker di dua benua. Di resensi ke satu dari buku ini saya menyuguhkan, bagaimana seorang Andrea Hirata menceritakan pengalmannya mengalami hal – hal baru dan bahkan hal – hal yang telah Ia lakukan dulu yang kini mengalami ujung peristiwanya. Seperti pada saat Ia bertemu, bersalaman dan beramah tamah dengan Andrea Galliano [pemilik nama yang telah Ia pilih sendiri semasa kecil], pada sebuah pembukaan museum khusus Elvis Presley. Serta bagaimana Ia akhirnya sampai di daratan bernama Edensor, sebuah tempat yang dulu hanya dilukiskan keindahannya oleh A Ling, seseorang yang telah memberi kekuatan dalam perjalanannya.

Kekurangan dari novel ini adalah banyaknya istilah-istilah dan kalimat-kalimat yang sulit dimengerti oleh pembaca, seperti pada istilah Gracias senor dan la niege au sahara. Dan pada kalimat “…. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang dan terurai…..”.
Dan pada akhir cerita yang membuat kita penasaran, novel ini hanya menceritakan ketika ikal menemukan desa khayalan A-Ling, Edensor. Bukan ikal bertemu dengan A-Ling. Sehingga rasanya kita diwajibkan membaca novel keempat Andrea Hirata, Marymah Karpov yang merupakan novel kelanjutan dari Edensor. Novel ini menceritakan tentang seorang wanita yaitu A-Ling.

Kelebihan dari buku ini yaitu kemampuan penulis menggambarkan tokoh-tokoh dalam novel Edensor yang dapat sangat kuat sehingga membuat pembaca terbawa dalam cerita ini. Dan novel ini juga dapat membawa pembaca seakan-akan mengalami sendiri pertiwa-peristiawa yang terjadi di novel ini.
Edensor sangat cocok bagi siswa SMA dan universitas yang dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena novel ini menceritakan Ikal dan Arai yang tidak menduga kalau mereka dapat beasiswa untuk belajar ke Perancis, Eropa. Dan juga semangat penulis yang kokoh walau diterjang penderitaan. Dan Penulis sepertinya mengharapkan para pembaca agar mencontoh watak tokoh utama dalam mengarungi kehidupan.

Nilai-nilai sosial yang dapat dipetik dari buku ini adalah semangat juang dua orang laki-laki yang berkibar-kobar demi menempuh pendidikan dan pencarian cinta mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar